Dr. John Medina, pakar neuroscience dari University of Washington School of Medicine telah menuliskan sebuah Aturan Otak nomor 4, yaitu bahwa otak tidak menyukai hal yang membosankan, dan sebagian tulisan tentang hal tersebut sudah saya publikasikan di sini. Dalam kaitannya dengan presentasi, mencegah kebosanan pada audiens adalah satu kunci penting agar mereka tetap setia mendengarkan presentasi Anda. Salah satu cara untuk mencegah kebosanan adalah dengan memanfaatkan gambar (yang menarik) pada slide.

Mari kita lihat dua slide berikut. Mana yang menurut Anda lebih menarik?

Tulisan tanpa gambar

Tulisan tanpa gambar

Gambar dengan tulisan penjelas

Gambar dengan tulisan penjelas (gambar diambil dari commons.wikimedia)

Tentu saja slide terakhir lebih menarik bukan? Mengapa? Slide pertama terkesan membosankan karena hanya berisi sederetan kata, hal yang tidak disukai oleh audiens. Lihat kembali penjelasan di publikasi sebelumnya. Sementara itu, gambar kedua memadukan  gambar yang indah serta tulisan yang singkat namun jelas.

Mayer dan Moreno, penulis A cognitive theory of multimedia learning: Implications for design principles, menjelaskan bahwa tulisan dan gambar yang didampingkan secara proporsional mampu menarik audiens untuk memperhatikan slide dengan lebih seksama. Pada tahap ini,  audiens akan melihat baik gambar maupun tulisan, dan menggunakan tulisan tersebut untuk mengartikan gambar. Jadi, pencantuman gambar dan tulisan dalam satu slide akan memudahkan audiens untuk memahami pesan yang disampaikan penyaji. Ingat pula kaidah yang menyebutkan bahwa gambar mampu ‘berbicara’ atau menjelaskan dengan lebih baik dibandingkan tulisan.

Jadi, jangan pelit untuk menampilkan gambar yang baik (indah) namun mampu menjelaskan maksud Anda. Tetapi, jangan lupa memberikan penjelasan gambar tersebut dalam bentuk sebuah kalimat pendek yang jelas maksudnya. Saya menyarankan untuk memilih gambar dalam bentuk foto daripada klip yang terkesan kurang formal. Jika Anda mengambil gambar foto dari suatu sumber, jangan lupa untuk mencantumkan sumber tersebut. Hal ini untuk menghindarkan Anda dari tuntutan di empunya gambar yang menuduh Anda mencuri gambar tersebut.

Selamat mencoba.


Bosan... (positiveresultsmarketing.com)

Bosan…
(positiveresultsmarketing.com)

Salah satu bagian dari proses presentasi adalah manajemen waktu. Suatu saat, Anda mungkin pernah merasa bosan mengikuti sebuah presentasi, entah kuliah, seminar, atau semacamnya. Kebosanan mungkin berasal dari cara penyampaian penyaji, misalnya berbicara monoton, tanpa intonasi yang pas, bersuara pelan, terkesan tidak bersemangat, gayanya membosankan, dan sebagainya. Namun, kebosanan sebenarnya bisa pula berasal dari  audiens sendiri. Mari kita bahas.

Dalam karya pentingnya, Brain Rules, Dr. John Medina menjelaskan bahwa audiens cenderung akan meninggalkan sebuah presentasi setelah 10 menit, karena otak mulai merasa bosan pada waktu tersebut. Dalam hal ini, Dr. Medina sedang menjelaskan tentang ‘perhatian’ dan minat dari audiens, dua hal yang sering diabaikan oleh penyaji dalam seminar, guru, dan semacamnya. Pentingkah hal tersebut? Sangat penting! Apakah Anda masih mengingat beberapa guru di sekolah dasar atau menengah, atau mungkin dosen di perguruan tinggi yang selalu ‘memaksa’ Anda untuk mendengarkan kuliah-kuliah sulit yang disampaikan dengan cara ‘tradisional’ dan sama sekali jauh dari kata keren? Bagaimana sikap Anda waktu itu? Menerima dengan senang hati? Atau sebenarnya Anda mendongkol dan berdoa agar kuliah tersebut segera selesai? Saya yakin, Anda melakukan hal terakhir!

Pada dasarnya, otak manusia mempunyai kapasitas terima dan muat maksimum dalam kurun waktu tertentu. Hal lain adalah bahwa otak manusia membutuhkan waktu jeda atau istirahat sejenak untuk menerima dan mencernakan masukan (informasi). Jika masukan  tersebut diberikan terus menerus dalam waktu yang cukup lama, maka otak akan mengalami kelelahan yang berimbas pada penurunan minat untuk menerima masukan lebih banyak. Itulah sebabnya, kita cenderung merasa bosan dan kehilangan minat untuk menerima lebih banyak masukan. Secara alamiah, otak menerima masukan secara hierarki, dimulai dari hal-hal umum kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yang lebih khusus (detil). Nah, otak membutuhkan waktu untuk mencernakan masukan-masukan tersebut ke dalam hal umum kemudian khusus.

Jika Anda harus memberikan presentasi lebih dari 10 menit, apa yang harus dilakukan? Cara terbaik adalah melakukan pembagian seluruh waktu ke dalam bagian-bagian waktu per 10 menit-an. Misalnya, Anda harus memberikan kuliah selama 50 menit, maka waktu tersebut dapat dibagi menjadi lima bagian 10 menit-an. Namun, Anda juga dituntut untuk membuat lima bagian waktu tersebut menjadi lima paket bahasan yang menarik, mudah dipahami, dan saling terikat dalam sebuah kesatuan tema. Jadi, Anda harus cukup cerdas untuk mengemas presentasi tersebut menjadi paket-paket yang menarik audiens. Di antara ‘paket’ tersebut Anda bisa menyisipkan simpulan-simpulan yang jelas, atau boleh juga pertanyaan-pertanyaan pancingan untuk membuat audiens lebih memahami makna dari paket yang baru saja dijelaskan.  Jadi, dalam hal ini, waktu jeda di antara dua paket memang diperuntukkan bagi otak audiens untuk mencernakan penjelasan yang disampaikan pada satu paket, yang kemudian digunakan pula untuk menghubungkan dengan paket berikutnya.

Kesimpulannya, Anda tetap harus memahami tema atau cerita presentasi yang akan disampaikan, agar mampu membuat paket-paket yang runtut, jelas, dan saling terkait. Itu bukan sebuah pekerjaan yang mudah, tetapi tetap harus dilakukan untuk menghasilkan sebuah presentasi yang menarik dan bermakna.

Selamat berusaha!


(crossfitcostamesa.com)

(crossfitcostamesa.com)

Anda tentu sudah sangat familiar dengan sosok tinggi besar ini. Ya, inilah Batman si Manusia Kelelawar! Lalu, apa hubungannya dengan judul di atas? Mari kita bahas.

Pada posting sebelumnya (baca kembali di sini), salah satu kriteria cerita menarik adalah cerita yang mampu memenuhi kebutuhan audiens. Misalnya, jika pada saat ini barang-barang rumah tangga amat mahal, maka Anda bis menawarkan produk barang yang murah dan ramah lingkungan. Atau, jika masyarakat dibingungkan dengan harga obat-obatan pabrikan yang cenderung makin mahal, maka Anda bisa menawarkan produk obat-obatan herbal yang hampir selalu lebih murah, dan aman!

Prinsip “Penjahat & Pahlawan” mengacu pada kenyataan bahwa setiap masalah (penjahat) pasti ada jalan penyelesaiannya (pahlawan). Nah, jika Anda mampu menghadirkan sosok pahlawan (solusi) yang hebat, maka yakinlah bahwa presentasi Anda akan selalu dikenang, dan audiens akan selalu merindukan kehadiran Anda!

Apa yang harus Anda lakukan untuk menerapkan prinsip “Penjahat dan Pahlawan” ini?

Pertama, deskripsikan dengan jelas masalah yang sedang mengemuka, dan membutuhkan solusi yang jitu. Kemaslah dalam sebuah pengantar yang memukau, dengan bahasa yang mudah dipahami, dan tidak bertele-tele.

Kedua, buatlah sebuah pertanyaan pancingan yang menghubungkan antara masalah yang Anda kemukakan dengan solusi yang cocok dengan masalah yang dihadapi audiens. Buatlah mereka terkesan dengan pancingan tersebut, dan biarkan mereka memberikan kesempatan kepada Anda untuk menyampaikan solusi.

Ketiga, deskripsikan solusi Anda dengan jelas, dan buatlah audiens tertarik dan kemudian “membenarkan” solusi Anda.

Nah, sekarang terserah kepada Anda untuk mengemas ketiga hal tersebut menjadi presentasi yang menarik. Cerita lengkapnya dapat Anda ikuti pada buku yang dapat dipesan di sini.


Salah satu hal penting yang mendukung keberhasilan menyiapkan bahan untuk presentasi adalah dukungan pustaka (rujukan) yang cukup. Pustaka yang relevan akan memperjelas arah cerita. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mencari pustaka.

(belfast.lib.me.us)

(belfast.lib.me.us)

Carilah pustaka yang benar-benar relevan dengan gagasan dan tema cerita

Pada umumnya, kita cenderung untuk mengumpulkan pustaka sebanyak-banyaknya, dan melupakan relevansi atau keterkaitannya dengan gagasan utama. Di satu sisi, pustaka yang cukup banyak akan membantu penyaji untuk memahami gagasan dengan lebih baik, namun di sisi lain, hal tersebut kadang-kadang menyulitkan penyaji untuk fokus hanya pada gagasan utama. Jadi, sebelum Anda mencari pustaka yang relevan, Anda harus benar-benar memahami gagasan cerita yang diupayakan sesederhana dan sejelas mungkin.

Pilihlah pustaka yang memiliki kadar integritas tinggi

Jika menggunakan Google untuk mencari pustaka, maka Anda akan menemukan demikian banyak pustaka yang sesuai dengan kata kunci yang Anda tuliskan pada kolom pencarian. Benarkah semua pustaka yang ditemukan dapat digunakan? Di dunia maya, Anda akan sangat dimudahkan oleh demikian banyak situs pencarian pustaka, misalnya Google Scholar, atau penerbit-penerbit yang menyediakan layanan yang sama. Di sinilah Anda kadang-kadang menemui kesulitan untuk menemukan pustaka yang benar-benar layak digunakan, saking banyaknya pustaka yang tersedia. Oleh karena itu, mengenal penerbit pustaka yang berintegritas menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan pustaka yang baik. Science dan Nature merupakan contoh jurnal bidang sains yang cukup handal dan ditulis oleh ilmuwan-ilmuwan yang berintegritas tinggi.

Jangan mengumpulkan pustaka yang “sejenis”

Masih terkait dengan hal pertama, kecenderungan penyaji untuk mengumpulkan pustaka sebanyak-sebanyaknya menyebabkan mereka kesulitan untuk memilih satu di antara sekian banyak pustaka yang “sejenis”. Maksud dari pustaka “sejenis” adalah pustaka yang memiliki tema, bahkan gagasan utama yang mirip.

Jika Anda sudah menentukan gagasan dan alur cerita (dari proses mind-mapping), maka pilihlah satu atau dua pustaka saja untuk mendukung titik-titik penting dalam alur cerita yang sudah dibuat. Jumlah pustaka sejenis yang berlebihan dalam titik-titik tersebut biasanya akan membingungkan penyaji untuk menyarikan gagasan inti dari pustaka-pustaka tersebut. Jadi, satu atau dua pustaka yang paling berintegritas, dan masukkan ke dalam titik-titik penting dalam alur cerita yang sudah Anda buat.

Sudah siap dengan pustaka? Kini saatnya Anda menerjemahkan gagasan cerita tersebut ke dalam slide-slide presentasi. Tunggu penjelasan berikutnya.

Salam


Anda tentu pernah merasakan kesulitan membuat bangunan cerita bukan? Gagasan yang sudah Anda rangkum cukup banyak, namun Anda kesulitan menentukan susunan dan urutan dari gagasan-gagasan tersebut. Bagaimana cara penyelesaiannya?

Mari saya perkenalkan sebuah teknik membangun cerita yang disebut mind-mapping. Apa itu? Mind-mapping berasal dari kata mind-map yang berarti diagram yang menggambarkan jalan pikiran secara visual.

Sebelum Anda membuat mind-mapping, tentukan dulu gagasan ceritanya. Misalnya, Anda ingin menceritakan tentang teknik merancang cerita, mulai dari mencari ide, mencari rujukan, dan membangun cerita yang menarik dan masuk akal.

Maka, Anda dapat membuat “peta pikiran” sebagai berikut.

gambar mind mapping

Mind-mapping dapat Anda buat dengan tangan seperti contoh di atas, namun dapat pula Anda buat dengan memanfaatkan perangkat lunak pembuat mind-mapping semacam FreeMind dan XMind yang tidak berbayar, atau Microsoft Visio yang berbayar. Dengan perangkat lunak tersebut, Anda dapat dengan mudah menempatkan dan menyusun gagasan-gagasan berdasarkan urutan berpikir, bahkan berdasarkan kasta penulisan, yaitu pokok cerita, subpokok, atau kasta yang lebih kecil.

Jadi, mulailah merancang cerita dengan mind-map.


Penasaran dengan buku ini? Silakan unduh free chapter-nya di sini.

Foto bab Pengantar KKSB

Ingin tahu isinya? Silakan unduh di sini.

Silakan hubungi 085228870594 untuk mendapatkan buku ini.


Buku Kiat-kiat Sukses Berpresentasi (KKSB) sudah tersedia.

Sampul depan

Sampul depan

Sampul belakang

Sampul belakang

Buku ini ditulis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di sekitar presentasi, misalnya

Apakah presentasi itu?Bagaimana cara merancang cerita? Bagaimana membuat slide yang efektif dan efisien? Bagaimana menyampaikan “cerita” kepada hadirin?

Terima kasih tak terhingga kepada teman-teman yang sudah memberi masukan-masukan membangun, sehingga bangunan buku menjadi seperti ini, yang diharapkan mudah dipahami oleh pembaca.

Silakan menghubungi 085228870594 untuk mendapatkan buku ini.


Menggagas cerita untuk presentasi bukanlah pekerjaan yang benar-benar mudah, namun sebaliknya, juga bukan pekerjaan yang benar-benar sulit. Meskipun demikian, saya sangat sering menyaksikan presentasi yang ceritanya tidak mudah dipahami. Maksudnya, cerita di presentasi tersebut tidak mudah ditemukan intinya. Kesulitan menggagas cerita bukan monopoli penyaji pemula. Bahkan para penyaji yang sudah tinggi jam tayangnya kadang-kadang masih pula merasa kesulitan menyusun cerita.

Garr Reynolds, seorang pakar presentasi berpesan sebagai berikut.

 “Lepaskan sejenak diri Anda dari komputer. Pergilah ke suatu tempat yang nyaman, dan merenunglah di sana untuk menemukan sebuah gagasan cerita yang menarik.”

Menurut John Medina, seorang pakar Neuroscience, otak bisa saja merasa jenuh. Hal itulah yang menyebabkan seseorang merasa mampet, tidak mudah mendapatkan ide, dan bahkan merasa gagal. Nah, Medina menyarankan agar kita melakukan olahraga sejenak namun teratur. Oksigen akan membangkitkan produksi endorfin, semacam hormon yang bertanggung jawab terhadap mood manusia. Dengan demikian, semangat akan timbul kembali, dan ide akan mudah mengalir.

(wisegeek.org)

(wisegeek.org)

Agaknya kita perlu mengikuti saran Garr Reynolds dan John Medina di atas. Atau Anda juga mempunyai ide lain?


Salah satu hal yang menentukan hadirin tetap setia mendengarkan presentasi Anda adalah cerita yang menarik. Apakah cerita yang menarik itu? Definisi “cerita yang menarik” ada banyak sekali. Dalam kaitannya dengan presentasi, saya hanya akan menyampaikan tiga penjelasan sebagai berikut.

Cerita yang menarik adalah dapat memenuhi kebutuhan atau keingintahuan hadirin

Ketika Anda membeli sebuah buku tentang masak-memasak, apa yang Anda harapkan dari buku tersebut? Tentunya, Anda mengharapkan agar buku tersebut memberikan informasi yang jelas tentang ilmu memasak, dan akhirnya membuat Anda bisa memasak. Bukankah demikian?

Nah, pertimbangan itu jugalah yang dilakukan oleh hadirin ketika menghadiri sebuah acara presentasi. Jadi, jika Anda mampu merancang sebuah cerita yang memenuhi kebutuhan hadirin, misalnya tentang parenting,  teknik menulis, teknik membuat kerajinan dari bahan bekas, dan sebagainya, maka dipastikan hadirin akan tertarik karena Anda menyampaikan sebuah cerita yang menarik!

Cerita yang menarik terdiri dari masalah dan solusinya

Cerita yang memenuhi kebutuhan hadirin akan sesuatu hal akan menjadi lebih menarik jika menyertakan contoh masalah dan cara penyelesaiannya. Misalnya, Anda menyajikan sebuah masalah yang sedang hangat, misalnya mengembangkan bisnis mandiri dari rumah. Anda bisa memulainya dengan menjelaskan sebuah masalah, misalnya problema ibu muda yang ingin mengembangkan karir, tetapi tidak bisa meninggalkan keluarga. Bagaimana caranya? Nah, Anda bisa saja mengusulkan beberapa solusinya, misalnya mengembangkan bisnis mandiri yang bisa dilakukan dari rumah. Jadi masalah ibu-ibu muda tersebut dapat terselesaikan.

Cerita yang disampaikan Al Gore selalu menarik untuk disimak (weeklyintercept.blogspot.com)

Cerita yang disampaikan Al Gore selalu menarik untuk disimak (weeklyintercept.blogspot.com)

Cerita yang menarik selalu disampaikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti

Cerita yang bagus dan dibutuhkan oleh hadirin tidaklah akan menarik jika disampaikan dengan bahasa yang sulit. Jika Anda perhatikan,  kegagalan dalam suatu presentasi lebih disebabkan oleh ketidakmampuan si penyaji untuk menyampaikan detil topik cerita dalam bahasa yang mudah dipahami oleh hadirin. Akibatnya, hadirin akan menjadi geregetan, karena alih-alih mendapatkan informasi yang sangat mereka butuhkan, namun hanya mendapatkan sebuah penjelasan yang tidak jelas.

Anda masih ingin menambahkan dengan penjelasan lain?


Garr Reynolds, penulis buku Presentation Zen, menyatakan bahwa:

Presentasi adalah sebuah “pendekatan”, bukan sebuah “metode” atau cara

Bagi Anda yang sering bergelut dengan presentasi, maka Anda akan bisa segera memahami maksud pernyataan tersebut. Bukankah seorang yang berhasil melakukan presentasi di satu tempat belum tentu berhasil melakukan presentasi yang sama di tempat yang lain? Artinya, penyiapan bahan presentasi sangat tergantung pada situasi dan kondisi di mana presentasi tersebut akan dilakukan. Jadi, seorang penyaji tidak boleh hanya memahami teknik membuat  atau menyiapkan (bahan) presentasi, namun yang lebih penting adalah menyiapkan bahan tersebut yang dapat dipahami orang lain (audiens). Meskipun Anda adalah seorang yang jago membuat slide menggunakan PowerPoint, Anda belum tentu sanggup untuk melakukan presentasi yang baik dan bisa diterima orang lain lho.

Kita tahu, bahwa seorang penyaji yang baik pasti akan memperhatikan faktor audiens yang dihadapinya, misalnya dari segi usia (tua atau muda), jenis kelamin (laki-laki atau perempuan), tingkat pendidikan (tinggi, menengah, atau rendah), jumlah audiens (sedikit atau banyak), dan sebagainya. Kemudian, ia akan membuat bahan presentasi yang sesuai dengan audiensnya.

Mari kita lihat ilustrasi berikut. Suatu ketika Anda diminta untuk memberikan penyuluhan tentang pemanfaatan limbah rumah tangga sebagai bahan kompos. Sebelum presentasi dilakukan, sambil Anda berpikir untuk menemukan tema dan judul presentasi, maka sebaiknya Anda juga melakukan pencarian informasi tentang audiens yang bakal mendengarkan presentasi Anda. Audiens Anda mungkin adalah Ibu-ibu PKK dusun/ kampung, atau mungkin sekumpulan orang yang belum mempunyai pekerjaan tetap, guru-guru sekolah (Anda berperan sebagai pelatih), dan lain-lain.

Jika audiens Anda adalah orang-orang yang berpikiran sederhana, maka Anda harus merancang bahan presentasi yang sangat sederhana, mudah dipahami, menggunakan gambar lebih banyak dari tulisan; dan kemudian, menyampaikannya dengan bahasa yang sederhana, tidak berbelit, dan mungkin dengan menggunakan bahasa daerah setempat. Namun, jika Anda berpresentasi di hadapan mahasiswa, maka Andapun harus menyesuaikan dengan karakter mahasiswa yang cerdas, aktif, dinamis, penuh idealisme, semangat, dan kreatif. Untuk audiens seperti ini, Anda bisa saja menggunakan bahasa yang gaul, atau menyisipkan humor-humor segar khas anak muda.

Buatlah materi presentasi yang mudah dipahami oleh audiens Anda (statsart.com)

Kesimpulannya, presentasi ternyata bukan sekedar “cara”, namun merupakan seni untuk memikat, atau bahkan mengarahkan pandangan orang lain (dalam hal ini adalah audiens) untuk menerima pendapat kita. Jadi, benarlah pendapat Alexei Kapterev (2010), penulis buku Presentation Secrets, bahwa Anda mungkin harus menjadi penulis, desainer, sekaligus aktor untuk menjadi seorang penyaji handal (baca di sini). Baca pula posting sebelumnya, di sini, di sini dan di sini. Siapkah Anda?

Salam presentasi

Nugroho